Welcome

Welcome to Eddy blogger, You Are The Best, terimakasih telah berkunjung dan semoga bermanfaat untuk semua

Sabtu, 08 Juni 2013

Makalah Administrasi Pendidikan

BAB I
                                                              PENDAHULUAN 

A.    LATAR BELAKANG

            Dalam sebuah instansi pendidikan yang melibatkan banyak unsur pendidikan akan sangat berperan aktif suatu administrasi pendidikannya, dan dalam ruang lingkup pendidikan dan dunia penngajaran pun semestinya mempunyai administrasi yang lengkap dan bertujuan agar menciptakan suatu generasi yang berwatak displin tinggi dan mampu bersikap sesuai tujuan pendidikan. Dalam perkembanganya, dunia pendidikan sudah sangat maju dengan segala inovasinya dan sudah didukung oleh media dan sumber yang memadai. Hendaknya guru dan siswa akan lebih berkualitas jika memahami tentang sitem admministrasi pendidikan, Sistem administrasi pendidikan sangat penting diketahui sebagai acuan dalam administrasi sekolah itu sendiri,maka dari itu penulis berusaha membahasnya..


B.     BATASAN  MASALAH
Adapun batasan masalah dalam makalah ini diantaranya meliputi hal-hal :
1.      Manajemen Berbasis Sekolah
2.      Administrasi sekolah dalam Lingkungan Fisik dan Sosio-Emosional
Yang meliputi:
a.       Pengelolaaan kelas
b.      Type kepemimpinan guru dikelas
c.       Penciptaan kondisi sosio emosional di kelas, dan
d.      Iklim kelas yang demokratis


C.     TUJUAN MAKALAH
a.       Agar dapat mengetahui pengertian administrasi pendidikan di dalam sebuah sistim pendidikan untuk mendefinisikan administrasi dengan mengimplementasikan dalam kegiatan pendidikan
b.      Sebagai tugas yang yang harus diselesaikan dari dosen Mata Kuliah
c.       Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan bahan untuk memperdalam pemahaman tentang administrasi pendidikan

BAB II
ISI
                                                                                                         
D.    PEMBAHASAN
1.Manajemen Berbasis Sekolah

            Reformasi sekolah atau School Reform merupakan suatu konsep perubahan kearah peningkatan mutu dalam konteks manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.

Sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002:1) adalah sebuah masyarakat kecil (Mini Society) yang menjadi wahana pengembangan siswa,bukan sebuah birokrasi yang sarat dengan beban-beban administrasi.

Aktivitas didalam nya adalah proses pelayanan jasa,bukan proses produksi barang. Murid adalah pelanggan (Client) yang datang kesekolah untuk mendapatkan pelayanan,bukan bahan mentah (Raw Input) yang akan dicetak menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.

            Kepala sekolah, guru, konselor, dan tenaga kependidikan lain adalah tenaga profesional yang terus menerus berinovasi untuk kemajuan sekolah,dan bukan birokrat yang sekedar patuh menjalankan petunjuk atasan mereka.
            Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bahasa inggris disebut “school based management” merupakan strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang epektif dan efisien.
 Konsep MBS ini, pertama kali muncul di Amerika Serikat, Latar belakangnya adalah ketika itu masyarakat mempertanyakan apa yang dapat diberikan sekolah kepada masyarakat dan juga  apa relevansi  dan korelasi pendidikan dengan tuntunan maupun kebutuhan masyarakat.
            Penataan sekolah melalui konsep MBS yang diartikan sebagai wujud dari reformasi pendidikan, di arahkan untuk mendesain ulang dan modifikasi struktur pemerintah kesekolah dengan konsep pemberdayaan sekolah.
            Model MBS ini adalah suatu ide dimana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar, yakni sekolah sendiri. Konsep ini didasarkan pada “Self Determination Theory” yang menyatakan bahwa apabila seorang atau kelompok memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah diputuskan tersebut.
            Sekoah perlu memiliki wewenang untuk mengambil keputusan, sebab keputusan akan benar sesuai dengan kebutuhan dan realitas proses belajar mengajar dalam konsep MBS yang utuh, kekuasaan yang dimiliki sekolah mencakup:
(1)  Mengambil keputusan berkaitan dengan pengelolaan kurikulum;
(2)  Keputusan berkaitan dengan rekruitmen dan pengelolaan guru dan pegawai administrasi;
(3)  Keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah.

Dalam implementasi MBS terdapat empat faktor yang penting untuk dicatat yaitu:
(1)  Kekuasaan
(2)  Pengetahuan dan skill
(3)  System informasi,dan
(4)  System penghargaan.
            Wewenang untuk mengambil keputusan ini merupakan penjelasan bahwa sekolah pada semua jenjang dan jenis memerlukan otonomi profesional untuk memperbesar ruang pemberdayaan sekolah dalam system administrasi pendidikan.
            Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa penerapan model MBS ini pada hakekatnya adalah pemberian otonomi yang lebih luas kepada sekolah, dengan tujuan akhir meningkatkan mutu hasil penyelenggaraan pendidikan melalui peningkatan kinerja dan parsitipasi semua stakeholdersnya.

2. Aministrasi Sekolah dalam Lingkungan Fisik dan Sosio Emosional
            Pada umumnya dalam suatu masyarakat, karakteristik sekolah sebagai masyarakat mini (mini society) direpresentasikan atau dicirikan oleh watak para penghuninya, yaitu para pengelola sekolah.
Dalam anatomi sekolah menurut direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002:10) masyarakat sekolah dapat dibedakan menjadi tiga level pokok sesuai fungsinya yakni:
 (1) level kelas (regulator) yang merupakan representasi dari karakter pembelajaran di kelas, yang banyak dipengaruhi oleh aturan main, atau regulasi yang dianut oleh guru.
(2) level mediator (profesi) yang merupakan representasi dari karakter-karakter profesional pada pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah,guru,konselor,dan tenaga teknis /administrative sekolah.
(3) level sekolah (manajemen) yang merupakan representasi dari karekter kolektif warga sekolah secara keseluruhan, atau iklim sekolah.
            Level ini banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan dan manajerial dari berbagai strata pemimpin dan manajer di sekolah tersebut. Termasuk dalam level ini adalah berbagai iklim sekolah seperti budaya mutu,budaya progresive,demokratis,partisipasi warga,aman dan tertib,kejelasan visi dan misi,caring dan sharing,dan lain sebagainya.
            Tipe Ideal sekolah adalah menunjukkan ciri profesional menekankan kemampuan adaptasi terhadap kompleksitasnya dan juga menggambarkan kepuasan kerja bagi para anggotanya. Sekolah yang berciri profesional berubah dari orientasi birokratik menjadi orientasi profesional, karena diasumsikan bahwa sekolah yang menekankan produksi dalam model  birokratif tidak akan dapat memberikan hasil pendidikan yang berkualitas tinggi.
            Karena itu tujuan dan fungsi keseluruhan sekolah bentuk dan strukturnya berorientasi profesional,bukan kegiatan teknis yang bersifat rutin. Fungsi ini mampu mengakomodasikan keunikan karakteristik teknologi pembelajaran dan teknologi organisasi pendidikan disekolah maupun dikelas.
            Administrasi sekolah sendiri memiliki berbagai bahasan dalam menciptakan suatu kondisi sekolah yang ideal diantaranya :
a.      Pengelolaan Kelas
            Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak saja menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran, strategi dan metoda mengajar  Menggunakan media atau alat pembelajaran. Tetapi guru melaksanakan tugas profesionalnya dituntut kemampuan lainnya, yaitu menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar  bisa berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan dan mencapai tujuan sesuai yang dikehendaki.
Kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan dapat terwujud jika guru mampu mengatur suasana pembelajaran, mengkondisikan siswa untuk belajar dan memanfaatkan atau menggunakan sarana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pelajaran.
            Menurut Hasibuan Moerdiono (1986:82) pengaturan berkait dengan penyediaan kondisi belajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan menurut Raka joni (1984:3) pengelolaan kelas menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai pemberian dasar serta menyiapkan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjukkan kepada pengaturan orang yaitu terutama adalah siswa sebagai peserta didik maupun pengaturan fasilitas.
Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi udara, penerangan, kebersihan kelas,tempat duduk,papan tulis,ruang kelas, halaman sekolah,sampai dengan perencanaan program balajar mengajar yang tepat dan pelayanan belajar.
Kegiatan dikelas merupakan suatu kegiatan yang erat hubunganya denngan pengajaran dan salah satu prasyarat untuk terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.
b.      Type Kepemimpinan Guru Dikelas
Type seorang guru dikelas akan mewarnai suasana kelas yang dipimpinnya,kepempinan guru yang otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang apatis. Tapi difihak lain akan menumbuhkkan sikpa agresif, sebaiknya paara guru dalam menjalankan tugasnya dkelas menggunakan type kepemimpinan yang demokratis, sehingga tampak penuh persahbatan,saling mempercayai,dalam memecahkan permasalahan kesulitan belajar.
Guru hendaknya menghargai pendapat siswa,memperlakukan ssiswasebagai individu yang bertanggung jawab,berharga dan mempu mengatasi kesulitan  serta persoalan yang dihadapinya dikelas. Baik guru ataupun siswa hendaknya mempunyai kesempatan mengemukakan segala yang dirsakan secara terbuka, guru pun tidak hanya menggunakan type kepemimpinan yang demokratis saja, namun suatu saat dapat juga menngunakan kepemimpinan yang otoriter jika siswa sudah tidak bisa diajak musyawarah atau bersikap apatis.
Jadi intinya, seorang guru dapat menggunakan variasi type kepemimpinan sesuai kebutuhan dan keadaan.
c.       Penciptaan Kondisi Sosio-Emosional Dikelas
Didalam kelas akan selalu diwarnai berbagai perilaku siswa ynag bersifat positif maupun negatif,perilaku positif misalnya, menghargai pendapat orang lain,memberikan respon psikologis yang positif,atau memerhatikan guru yang sedang mengajar didepan, sikap ini hendaknya diberikan pula respon dari guru sepeti memberikan penguatan dangan memberikan perhatian, dengan cara ini memungkinkan akan menumbuhkan peningkatan perilaku yang lebih dari yang sebelumnya dalam setiap kegiatan belajar.
Sebliknya juga terdapat sikap yang negatif dalam suasana PBM seperti :
Melanggar peraturan,mengobrol,menjawab hal yang tidak penting,mengolok-olok teman dan sebagainya, dalam hal ini guru hendaknya menunjukkan sikap yang responsif untuk segera menghentikanya dengan tetap menunjukkan persahabatan dengan siswa dan sabar.
Guru dikelas juga hendaknya agar dapat melakukan pembinaan kepada siswa agar siswa menjadi lebih emahami hakikat pembelajaran. Agar siswa selama berada didalam kelas tidak merasa tertekan, berani mengajukan pendapat,atau bertanya dengan cara-cara yang beretika.
Guru menggunakan berbagai pendekatan ,jika tingkah laku yang positif, maka guru memberikan peguatan (Reinforcement) kepaada siswa tersebut, sedangkan untuk perilaku yang negatif,maka bisa dilakukan peringatan,namun jika tidak memungkinkan  lagi maka guru dapat memberikan sanksi sesuai kaidah, dengan tujuan agar tidak melakukan perilaku yang tidak baik/bersifat negatif tersebut  dikemudian hari dan memberikan efek jera.        
Cara yang digunakan guru dalam memberikan sanksi misalnya dengan memberikan sindiran,teguran,atau perngatan langsung kepada siswa yang melakukan periaku negatif tersebut secara terus menerus selama siwa tersebut menampilan sikap yang negatif.
Sebaiknya juga guru memberikan respon yang baik bagi siswa yang berperilaku positif dengan memberikan pujian,dan penghargaan.
Dalam mengatasi tngkah laku siswa yang menyimpang, hendaknya guru-guru menempuh beberapa tahapan, diantaranya adalah:
1)      Melakukan identifiksi masalah
2)      Menganalisis masalah,seperti mengetahui sebab-sebab masalah
3)      Mengembangkan dan memilih alternatif pemecahan maslah
4)      Melaksanakan alternatif ynag telah dipilih, dan
5)      Melihat umpan balik dari hasil pelaksanaan alternatif ynag telah dipilih
Guru juga dituntut mengelola kelas,mengembangkan suasana hangat, gembira,mengembangkan hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dan siswa,juga membina hubungan yang baik antara siswa dengan siswa, guru menerima pendapat,saran,kesempatan pada setiap siswa sesuai kamampuanya masing-masing dalam setiap kegiatan dikelas. Dengan demikian, selain menggunakan pendekatan tingkah laku,guru juga menggunakan pendekatan sosio emosional.
Ada siswa yang berprestasi karena pengaruh kelompok,dan ada juga yang sebaliknya, maka pendekatan proses kelompok diperlukan,agar dorongan dan bimbingan dapat berjlan dengan baik. Jadi, ada berbagai pendekatan yg dilakukan yaitu: pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan sosio emosional, dan pendekatan proses kelompok.

d.      Iklim kelas yang demokratis
Iklim dapat dipandang sebagai karakteristik abadi yang mencirikan suatu kelas tertentu,yang.membedakan dari kelas yang lain,dan mempengaruhi prilaku guru dan siswa, dilain fihak, iklim juga diartikan sebagai perasaan yang dipunyai oleh guru dan siswa terhadap suasana belajar dikelas itu. Iklim belajar ini sangat penting karena dapat menumbuhkan motif berprestasi dalam belajar dan mengajar.
Model kepemimpinan kelas yang dapat menumbuhkembangkan potensi siswa kearah yang lebih dinamis cenderung bersifat demokratis. Seperti saling menghargai,mempercayai,memberikan kesempatan,dan suasana yang harmonis, siswa akan bertanggung jawab,diperlakukan seperti manusia yang mampu,berharga dan adanya saling menghargai dan mempercayai.
Dilihat dari pengaruhnya type kepemimpinan yang demokratis akan membawa suasana yang kondusif, namun bukan berarti type kepemimpinan yang otoriter menjaddi tidak baik.
Guru dapat menerapkan type kepemimpinan yang otoriter jika dipandang perlu dan dibutuhkan dalam penegasan, dapat memberikan sanksi jika siswa sudah dianggap melakukan pelanggaran yang tidak bisa di selesaikan dengan cara kepemimpinan ynag demokratis.
Pentingnya guru dalam bersikap yang tulus dan menerima serta menghargai siswa sebagai manusia,memiliki pengertian/memahami siswa dari sudut pandang siswa sendri atau empati sangatlah dibutuhkan dalam menciptakan suatu kondisi belajar yang kondusif.
Pada umumnya guru cenderung melakukan tiga pendekatan, yaitu pendekatan pengubahan tikngkah laku,pendekatan sosio emosional dan pendekatan proses kelompok, kesemuanya itu memiliki tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.













BAB III
PENUTUP

E.     KESIMPULAN
Model Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu ide dimana kekuasaan pengambilan keputusan ynag berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat  yang paling dekat dengan proses belajar mengajar, yaitu sekolah itu sendiri.
Masyarakat sekolah dapat dibedakan menjadi tiga level pokok sesuai fungsinya yakni 1)Level kelas (regulator) yang merupakan representasi dari karakter pembelajaran di kelas, yang banyak dipengaruhi oleh aturan main, atau regulasi yang dianut oleh guru. 2)Level mediator (profesi) yang merupakan representasi dari karakter-karakter profesional pada pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah,guru,konselor,dan tenaga teknis /administrative sekolah. 3)Level sekolah (manajemen) yang merupakan representasi dari karekter kolektif warga sekolah secara keseluruhan, atau iklim sekolah
Dalam melakukan pengelolaan kelas,guru cenderung menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan tingkah laku, pendekatan sosio emosional dan pendekatan proses kelompok.
Sekolah sebagai total system atau suatu kesatuan organisasi,sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas,baik dilingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Kelas sebagai unit kerja  yang berdiri sendiri,mempunyai masyarakat sendiri dan mempunyai iklim demokrasi tersendiri pula, karena itu kelas merupakan unit kerja yang otonom.
F.                  SARAN-SARAN
Secara moral fihak sekolah mempunyai tanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi anak anak yang mempunyai masalah,maka penulis berharap dengan adanya pemahaman tentang bimbingan konseling, tugas dan segala aspek yang melatarbelakanginya, anak didik kita mampu terlepas atau berusaha menyelesaikan kesulitan mereka sendiri.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,dan kami mengharapkan kritik dan saran agar kami bisa berusaha menjadi lebih baik,kami juga mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam makalah ini karena sumber dan wawasan kami yang terbatas. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA

Sagala,Saiful,2008.Administrasi Pendidikan Kontemporer.Bandung,Alfabeta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan kirim komentar anda dikolom ini