BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam sebuah instansi pendidikan yang melibatkan banyak
unsur pendidikan akan sangat berperan aktif suatu administrasi pendidikannya,
dan dalam ruang lingkup pendidikan dan dunia penngajaran pun semestinya
mempunyai administrasi yang lengkap dan bertujuan agar menciptakan suatu
generasi yang berwatak displin tinggi dan mampu bersikap sesuai tujuan
pendidikan. Dalam perkembanganya, dunia pendidikan sudah sangat maju dengan
segala inovasinya dan sudah didukung oleh media dan sumber yang memadai.
Hendaknya guru dan siswa akan lebih berkualitas jika memahami tentang sitem
admministrasi pendidikan, Sistem administrasi pendidikan sangat penting
diketahui sebagai acuan dalam administrasi sekolah itu sendiri,maka dari itu
penulis berusaha membahasnya..
B. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dalam makalah ini diantaranya
meliputi hal-hal :
1. Manajemen Berbasis
Sekolah
2. Administrasi sekolah
dalam Lingkungan Fisik dan Sosio-Emosional
Yang meliputi:
a. Pengelolaaan kelas
b. Type kepemimpinan
guru dikelas
c. Penciptaan kondisi
sosio emosional di kelas, dan
d. Iklim kelas yang
demokratis
C. TUJUAN
MAKALAH
a. Agar
dapat mengetahui
pengertian administrasi
pendidikan di dalam sebuah sistim pendidikan untuk mendefinisikan administrasi
dengan mengimplementasikan dalam kegiatan pendidikan
b. Sebagai
tugas yang yang harus
diselesaikan dari dosen Mata Kuliah
c. Sebagai
bahan pembelajaran bagi mahasiswa
dan bahan untuk memperdalam pemahaman tentang administrasi pendidikan
BAB
II
ISI
D. PEMBAHASAN
1.Manajemen Berbasis Sekolah
Reformasi sekolah atau School
Reform merupakan suatu konsep perubahan kearah peningkatan mutu dalam
konteks manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
Sekolah menurut Direktorat Pendidikan
Menengah Umum (2002:1) adalah sebuah masyarakat kecil (Mini Society) yang
menjadi wahana pengembangan siswa,bukan sebuah birokrasi yang sarat dengan
beban-beban administrasi.
Aktivitas didalam nya adalah proses pelayanan
jasa,bukan proses produksi barang. Murid adalah pelanggan (Client) yang datang
kesekolah untuk mendapatkan pelayanan,bukan bahan mentah (Raw
Input) yang akan dicetak menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Kepala sekolah, guru, konselor, dan
tenaga kependidikan lain adalah tenaga profesional yang terus menerus berinovasi
untuk kemajuan sekolah,dan bukan birokrat yang sekedar patuh
menjalankan petunjuk atasan mereka.
Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dalam bahasa inggris disebut “school based management” merupakan strategi yang
jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang epektif dan efisien.
Konsep
MBS ini, pertama kali muncul di Amerika Serikat, Latar belakangnya adalah
ketika itu masyarakat mempertanyakan apa yang dapat diberikan sekolah kepada
masyarakat dan juga apa relevansi dan korelasi pendidikan dengan tuntunan maupun
kebutuhan masyarakat.
Penataan
sekolah melalui konsep MBS yang diartikan sebagai wujud dari reformasi pendidikan,
di arahkan untuk mendesain ulang dan modifikasi struktur pemerintah kesekolah
dengan konsep pemberdayaan sekolah.
Model MBS ini adalah suatu ide dimana kekuasaan pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling
dekat dengan proses belajar mengajar, yakni sekolah sendiri. Konsep ini
didasarkan pada “Self Determination Theory” yang menyatakan bahwa apabila seorang atau kelompok memiliki
kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok tersebut
akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan apa yang telah
diputuskan tersebut.
Sekoah
perlu memiliki wewenang untuk mengambil keputusan, sebab keputusan akan benar
sesuai dengan kebutuhan dan realitas proses belajar mengajar dalam konsep MBS
yang utuh, kekuasaan yang dimiliki sekolah mencakup:
(1) Mengambil keputusan berkaitan dengan
pengelolaan kurikulum;
(2) Keputusan berkaitan dengan rekruitmen dan
pengelolaan guru dan pegawai administrasi;
(3) Keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah.
Dalam
implementasi MBS terdapat empat faktor yang penting untuk dicatat yaitu:
(1) Kekuasaan
(2) Pengetahuan dan skill
(3) System informasi,dan
(4) System penghargaan.
Wewenang untuk mengambil keputusan ini merupakan penjelasan bahwa
sekolah pada semua jenjang dan jenis memerlukan otonomi profesional untuk
memperbesar ruang pemberdayaan sekolah dalam system administrasi pendidikan.
Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa penerapan model MBS ini pada hakekatnya adalah pemberian otonomi yang
lebih luas kepada sekolah, dengan tujuan akhir meningkatkan mutu hasil
penyelenggaraan pendidikan melalui peningkatan kinerja dan parsitipasi semua
stakeholdersnya.
2. Aministrasi
Sekolah dalam Lingkungan Fisik dan
Sosio Emosional
Pada umumnya dalam suatu masyarakat,
karakteristik sekolah sebagai masyarakat mini (mini society) direpresentasikan
atau dicirikan oleh watak para
penghuninya, yaitu para pengelola sekolah.
Dalam anatomi sekolah menurut direktorat Pendidikan
Menengah Umum (2002:10) masyarakat sekolah dapat dibedakan menjadi tiga level
pokok sesuai fungsinya yakni:
(1) level kelas
(regulator) yang merupakan representasi dari karakter pembelajaran di kelas,
yang banyak dipengaruhi oleh aturan main, atau regulasi yang dianut oleh guru.
(2)
level mediator (profesi) yang merupakan representasi dari karakter-karakter
profesional pada pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah,guru,konselor,dan
tenaga teknis /administrative sekolah.
(3)
level sekolah (manajemen) yang merupakan representasi dari karekter kolektif
warga sekolah secara keseluruhan, atau iklim sekolah.
Level ini banyak dipengaruhi oleh
kepemimpinan dan manajerial dari berbagai strata pemimpin dan manajer di
sekolah tersebut. Termasuk dalam level ini adalah berbagai iklim sekolah
seperti budaya mutu,budaya progresive,demokratis,partisipasi warga,aman dan tertib,kejelasan
visi dan misi,caring dan sharing,dan lain sebagainya.
Tipe Ideal sekolah adalah
menunjukkan ciri profesional menekankan kemampuan adaptasi terhadap
kompleksitasnya dan juga menggambarkan kepuasan kerja bagi para anggotanya.
Sekolah yang berciri profesional berubah dari orientasi birokratik menjadi
orientasi profesional, karena diasumsikan bahwa sekolah yang menekankan
produksi dalam model birokratif tidak
akan dapat memberikan hasil pendidikan yang berkualitas tinggi.
Karena itu tujuan dan fungsi
keseluruhan sekolah bentuk dan strukturnya berorientasi profesional,bukan
kegiatan teknis yang bersifat rutin. Fungsi ini mampu mengakomodasikan keunikan
karakteristik teknologi pembelajaran dan teknologi organisasi pendidikan
disekolah maupun dikelas.
Administrasi
sekolah sendiri memiliki berbagai bahasan dalam menciptakan suatu kondisi
sekolah yang ideal diantaranya :
a.
Pengelolaan Kelas
Keberhasilan guru melaksanakan
kegiatan pembelajaran tidak saja menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran,
strategi dan metoda mengajar Menggunakan
media atau alat pembelajaran. Tetapi guru melaksanakan tugas profesionalnya
dituntut kemampuan lainnya, yaitu menyediakan atau menciptakan situasi dan
kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan yang memungkinkan kegiatan
belajar mengajar bisa
berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan dan mencapai tujuan sesuai yang
dikehendaki.
Kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan
dapat terwujud jika guru mampu mengatur suasana pembelajaran, mengkondisikan
siswa untuk belajar dan memanfaatkan atau menggunakan sarana yang menyenangkan
untuk mencapai tujuan pelajaran.
Menurut Hasibuan
Moerdiono (1986:82) pengaturan berkait dengan penyediaan kondisi belajar adalah
pengelolaan kelas, sedangkan menurut Raka joni (1984:3) pengelolaan kelas
menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai pemberian
dasar serta menyiapkan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif,
pengelolaan kelas menunjukkan kepada pengaturan orang yaitu terutama adalah
siswa sebagai peserta didik maupun pengaturan fasilitas.
Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi udara, penerangan, kebersihan
kelas,tempat duduk,papan tulis,ruang kelas, halaman sekolah,sampai dengan
perencanaan program balajar mengajar yang tepat dan pelayanan belajar.
Kegiatan dikelas merupakan suatu kegiatan yang
erat hubunganya denngan pengajaran dan salah satu prasyarat untuk terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif.
b. Type Kepemimpinan Guru Dikelas
Type seorang guru dikelas akan mewarnai
suasana kelas yang dipimpinnya,kepempinan guru yang otoriter akan menghasilkan
sikap siswa yang apatis. Tapi difihak lain akan menumbuhkkan sikpa agresif,
sebaiknya paara guru dalam menjalankan tugasnya dkelas menggunakan type
kepemimpinan yang demokratis, sehingga tampak penuh persahbatan,saling
mempercayai,dalam memecahkan permasalahan kesulitan belajar.
Guru hendaknya menghargai pendapat
siswa,memperlakukan ssiswasebagai individu yang bertanggung jawab,berharga dan
mempu mengatasi kesulitan serta
persoalan yang dihadapinya dikelas. Baik guru ataupun siswa hendaknya mempunyai
kesempatan mengemukakan segala yang dirsakan secara terbuka, guru pun tidak
hanya menggunakan type kepemimpinan yang demokratis saja, namun suatu saat
dapat juga menngunakan kepemimpinan yang otoriter jika siswa sudah tidak bisa
diajak musyawarah atau bersikap apatis.
Jadi intinya, seorang guru dapat menggunakan variasi type
kepemimpinan sesuai kebutuhan dan keadaan.
c. Penciptaan Kondisi Sosio-Emosional Dikelas
Didalam kelas akan selalu diwarnai berbagai
perilaku siswa ynag bersifat positif maupun negatif,perilaku positif misalnya,
menghargai pendapat orang lain,memberikan respon psikologis yang positif,atau
memerhatikan guru yang sedang mengajar didepan, sikap ini hendaknya diberikan
pula respon dari guru sepeti memberikan penguatan dangan memberikan perhatian,
dengan cara ini memungkinkan akan menumbuhkan peningkatan perilaku yang lebih
dari yang sebelumnya dalam setiap kegiatan belajar.
Sebliknya juga terdapat sikap yang negatif dalam suasana
PBM seperti :
Melanggar peraturan,mengobrol,menjawab hal
yang tidak penting,mengolok-olok teman dan sebagainya, dalam hal ini guru
hendaknya menunjukkan sikap yang responsif untuk segera menghentikanya dengan
tetap menunjukkan persahabatan dengan siswa dan sabar.
Guru dikelas juga hendaknya agar dapat
melakukan pembinaan kepada siswa agar siswa menjadi lebih emahami hakikat
pembelajaran. Agar siswa selama berada didalam kelas tidak merasa tertekan,
berani mengajukan pendapat,atau bertanya dengan cara-cara yang beretika.
Guru menggunakan berbagai pendekatan ,jika
tingkah laku yang positif, maka guru memberikan peguatan (Reinforcement)
kepaada siswa tersebut, sedangkan untuk perilaku yang negatif,maka bisa
dilakukan peringatan,namun jika tidak memungkinkan lagi maka guru dapat memberikan sanksi sesuai
kaidah, dengan tujuan agar tidak melakukan perilaku yang tidak baik/bersifat
negatif tersebut dikemudian hari dan
memberikan efek jera.
Cara yang digunakan guru dalam memberikan sanksi
misalnya dengan memberikan sindiran,teguran,atau perngatan langsung kepada
siswa yang melakukan periaku negatif tersebut secara terus menerus selama siwa
tersebut menampilan sikap yang negatif.
Sebaiknya juga guru memberikan respon yang
baik bagi siswa yang berperilaku positif dengan memberikan pujian,dan penghargaan.
Dalam mengatasi tngkah laku siswa yang
menyimpang, hendaknya guru-guru menempuh beberapa tahapan, diantaranya adalah:
1)
Melakukan identifiksi masalah
2)
Menganalisis masalah,seperti mengetahui
sebab-sebab masalah
3)
Mengembangkan dan memilih alternatif pemecahan
maslah
4)
Melaksanakan alternatif ynag telah dipilih,
dan
5)
Melihat umpan balik dari hasil pelaksanaan
alternatif ynag telah dipilih
Guru juga dituntut mengelola
kelas,mengembangkan suasana hangat, gembira,mengembangkan hubungan
interpersonal yang harmonis antara guru dan siswa,juga membina hubungan yang
baik antara siswa dengan siswa, guru menerima pendapat,saran,kesempatan pada
setiap siswa sesuai kamampuanya masing-masing dalam setiap kegiatan dikelas.
Dengan demikian, selain menggunakan pendekatan tingkah laku,guru juga
menggunakan pendekatan sosio emosional.
Ada siswa yang berprestasi karena pengaruh
kelompok,dan ada juga yang sebaliknya, maka pendekatan proses kelompok
diperlukan,agar dorongan dan bimbingan dapat berjlan dengan baik. Jadi, ada berbagai
pendekatan yg dilakukan yaitu: pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan
sosio emosional, dan pendekatan proses kelompok.
d. Iklim kelas yang demokratis
Iklim dapat dipandang sebagai karakteristik
abadi yang mencirikan suatu kelas tertentu,yang.membedakan dari kelas yang
lain,dan mempengaruhi prilaku guru dan siswa, dilain fihak, iklim juga
diartikan sebagai perasaan yang dipunyai oleh guru dan siswa terhadap suasana
belajar dikelas itu. Iklim belajar ini sangat penting karena dapat menumbuhkan
motif berprestasi dalam belajar dan mengajar.
Model kepemimpinan kelas yang dapat
menumbuhkembangkan potensi siswa kearah yang lebih dinamis cenderung bersifat
demokratis. Seperti saling menghargai,mempercayai,memberikan kesempatan,dan
suasana yang harmonis, siswa akan bertanggung jawab,diperlakukan seperti
manusia yang mampu,berharga dan adanya saling menghargai dan mempercayai.
Dilihat dari pengaruhnya type kepemimpinan
yang demokratis akan membawa suasana yang kondusif, namun bukan berarti type
kepemimpinan yang otoriter menjaddi tidak baik.
Guru dapat menerapkan type kepemimpinan yang
otoriter jika dipandang perlu dan dibutuhkan dalam penegasan, dapat memberikan
sanksi jika siswa sudah dianggap melakukan pelanggaran yang tidak bisa di
selesaikan dengan cara kepemimpinan ynag demokratis.
Pentingnya guru dalam bersikap yang tulus dan
menerima serta menghargai siswa sebagai manusia,memiliki pengertian/memahami
siswa dari sudut pandang siswa sendri atau empati sangatlah dibutuhkan dalam
menciptakan suatu kondisi belajar yang kondusif.
Pada umumnya guru cenderung melakukan tiga
pendekatan, yaitu pendekatan pengubahan tikngkah laku,pendekatan sosio
emosional dan pendekatan proses kelompok, kesemuanya itu memiliki tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
BAB
III
PENUTUP
E. KESIMPULAN
Model Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu ide dimana
kekuasaan pengambilan keputusan ynag berkaitan dengan pendidikan diletakkan
pada tempat yang paling dekat dengan
proses belajar mengajar, yaitu sekolah itu sendiri.
Masyarakat sekolah dapat dibedakan menjadi
tiga level pokok sesuai fungsinya yakni 1)Level kelas (regulator) yang
merupakan representasi dari karakter pembelajaran di kelas, yang banyak
dipengaruhi oleh aturan main, atau regulasi yang dianut oleh guru. 2)Level
mediator (profesi) yang merupakan representasi dari karakter-karakter
profesional pada pengelola sekolah, yaitu kepala sekolah,guru,konselor,dan
tenaga teknis /administrative sekolah. 3)Level sekolah (manajemen) yang
merupakan representasi dari karekter kolektif warga sekolah secara keseluruhan,
atau iklim sekolah
Dalam melakukan pengelolaan kelas,guru cenderung
menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan tingkah laku, pendekatan sosio
emosional dan pendekatan proses kelompok.
Sekolah sebagai total system atau suatu kesatuan
organisasi,sangat tergantung pada penyelenggaraan dan pengelolaan kelas,baik
dilingkungan kelas masing-masing sebagai unit kerja yang berdiri sendiri maupun
dalam hubungan kerja antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Kelas
sebagai unit kerja yang berdiri
sendiri,mempunyai masyarakat sendiri dan mempunyai iklim demokrasi tersendiri
pula, karena itu kelas merupakan unit kerja yang otonom.
F.
SARAN-SARAN
Secara moral fihak sekolah mempunyai
tanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi anak anak yang
mempunyai masalah,maka penulis berharap dengan adanya pemahaman tentang
bimbingan konseling, tugas dan segala aspek yang melatarbelakanginya, anak
didik kita mampu terlepas atau berusaha menyelesaikan kesulitan mereka sendiri.
Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan,dan kami mengharapkan kritik dan saran agar kami bisa
berusaha menjadi lebih baik,kami juga mohon maaf apabila banyak kekurangan
dalam makalah ini karena sumber dan wawasan kami yang terbatas. Akhirnya
penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Sagala,Saiful,2008.Administrasi Pendidikan
Kontemporer.Bandung,Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan kirim komentar anda dikolom ini